Friday, April 18, 2014

Kritik Dan Koreksi Pemilu Legislatif 2014 Bagian II



Kritik Dan Koreksi Pemilu Legislatif 2014 Bagian II. JRU. Slogan bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Pemilu legislatif 9 April 2014 masih jauh dari kenyataan. 

 

Fakta–fakta dan realitas yang terpampang didepan mata dan tersaji di berbagai media elektronik diwarnai oleh berbagai manipulasi dan kecurangan yang sangat kasat mata

 

Pada tulisan sebelumnya saya sudah menulis tentang  Kritik Dan Koreksi Pemilu Legislatif 2014

 

Kini saya masih akan membahas mengenai  Kritik Dan Koreksi Pemilu Legislatif 2014 Bagian II. 

 

Ambisi para caleg untuk menjadi wakil rakyat telah membuat beberapa caleg melakukan berbagai cara tidak terpuji dan melanggar etika dan UU Pemilu.

 

Kritik Dan Koreksi Terhadap Pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014 (Bagian II) antara lain yaitu:

 

Pertama, Petugas PPS / Pak RT (di salah satu wilayah di Jawa Barat) sebagai panitia penyelenggara Pemilu di TPS seharusnya bersikap dan bertindak netral. Tapi realitasnya Pak RT, pada saat membagikan kartu undangan untuk memilih pada penduduk meminta penduduk untuk mencoblos salah satu partai di Pemilu Legislatif  (Pileg) 2014. Pada saat hari H Pemilu legislatif tanggal 9 April 2014, kembali kepada setiap penduduk yang kalangan menengah kebawah/kurang berpendidikan, pak RT meminta mereka untuk mencoblos salah satu partai.

 

Kedua, Petugas Sekretaris desa Pinrang  Sulawesi Utara yang seharusnya juga bersikap netral, jujur, adil dan fair bahkan berani datang ke kantor Kelurahan tempatnya bekerja dimalam hari tanggal  9 April 2014,   dengan tujuan melakukan kejahatan yaitu untuk merubah perolehan hasil suara Pileg 2014, hanya agar cucunya bisa jadi calon legislatif

 

Ambisi untuk menjadikan cucunya menjadi wakil rakyat telah membuat sang kakek  gelap mata dan melakukan perbuatan melanggar hukum.

 

Ketiga, Di daerah Ciampea Bogor, kartu Pileg 2014 yang seharusnya sah ketika keempat kartu Pileg tersebut dalam keadaan tidak tercoblos disalah satu Partai peserta Pemilu, realitasnya justru  semua kartu tersebut sudah tercoblos disalah satu Partai peserta Pemilu, sehingga kartu Pileg tersebut tidak sah untuk digunakan. 

 

Pada akhirnya Pileg terpaksa diulang di lokasi tersebut.  Terlihat seperti ada unsur kesengajaan dari petugas petugas yang terkait dengan penyelenggaraan Pemilu (entah di level mana) untuk membuat hasil Pileg 2014 di Ciampea Bogor tersebut memenangkan salah satu partai. 

 

Beruntungnya petugas dan para pemilih jeli melihat kecurangan tersebut dan menghentikan/membatalkan Pileg tersebut.

 

Demikian Kritik Dan Koreksi Pemilu Legislatif 2014 Bagian II. Posisi anggota wakil rakyat (anggota DPR) yang semestinya mulia telah coba diraih oleh beberapa caleg yang berambisi buta dengan cara cara yang tidak fair dan melanggar hukum. 








4 comments:

Z said...

om ini calon DPR ya ??

Unknown said...

emng sih kurang srek ama pemilu sekarang makasih informasinya gan

Rita Utami said...

@ om zul Saya bukan calon atau setidaknya belum menjadi calon anggota DPR. Cuma prihatin dg negeri ini segala sesuatunya diukur dengan uang...bahkan terkadang persahabatan juga diukur dari materi....

Rita Utami said...

@Pemilu sekarang jd mirip perilaku caleg era orba....ingin dapat posisi DPR/DPRD saja harus mengeluarkan ratusan juta sampai milyaran....
Setelah menjabat dapat diprediksikan akan seperti apa ambisi ekonomi dan hedonisnya.....